RITUAL MA’BADONG SUKU TORAJA

TANA TORAJA,kabarbpp.net-Toraja merupakan salah satu etnis di Sulawesi Selatan, terkenal dengan pesta pemakaman rambu solo’nya. Terdapat banyak rangkaian prosesi dalam ritual tersebut, diantaranya adalah ma’badong. 
Foto:Ritual Ma'badong suku toraja

Pengumpulan data menggunakanteknik observasi, wawancara, dan studi pustaka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk pelaksanaan ritual ma’badong pada masyarakat Toraja serta nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya. 
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ma’badong adalah suatu bentuk tarian dan nyanyian tanpa diiringi alat musik, mendeklamasikan syair-syair pujian mengenai orang yang telah meninggal, ataupun ratapan-ratapan kesedihan dari pihak yang ditinggal. Ritual ma’badong bukanlah sekadar deklamasi bait-bait sajak mengenai orang yang sudah meninggal, tetapi lebih dari itu, syair-syair yang dilantunkan tersebut mengandung nilai-nilai budaya yang merefleksikan kebudayaan orang Toraja secara lebih luas, misalnya gambaran mengenai nilai spiritual, status sosial, dan keharmonisan kelompok. ebelum diputuskan akan melakukan ma’badong biasanya dimulai dengan rembug keluarga.Dalam rembug keluarga dibahas mengenai prosesi pesta yang akan dilakukan termasuk menyusun agenda pemilihan penyanyi yang akan melakukan ritual ma’badong. 

Bagi mereka yang kurang mampu atau golongan ekonomi lemah, peserta ma’badong berasal dari kalangan kerabat dekat mereka dan siapa saja yang bersedia berpartisipasi. Berbeda halnya dengan mereka yang memiliki kemampuan finansial lebih atau golongan kaya dapat mendatangkan penyanyi ma’badong dari kampung-kampung lain.Pada rembug keluarga akan diputuskan misalnya penyanyi badong dari kampung A akan bernyanyi pada hari pertama, atau yang berasal dari kampung B bernyanyi di hari kedua, dan seterusnya.

Selain penentuan hari ma’badong, bagi mereka yang ‘mampu’ dapat menyediakan pakaian seragam bagi para penyanyi. Pada pakaian seragam tersebut dapat ditambahkan desain tulisan atau sablon yang akan menerangkan daerah asal dari grup penyanyi, dengan begitu mereka dapat dikenal oleh masyarakat luas sehingga nantinya dapat disewa lagi bagi yang membutuhkan jasa mereka dalam pesta adat kematian. Pakaian seragam ini bukanlah suatu keharusan, tujuannya hanya agar enak dipandang saja, jadi lebih kepada nilai estetikannya. 

Sedangkan bagi mereka yang berasal dari golongan ekonomi lemah tidaklah menyediakan pakaian seragam, pakaian disesuaikan oleh keinginan dari orang yang akan menyanyi saja. Pakaian yang dikenakan dapat berupa kaos oblong dengan bawahan sarung toraja. Warna hitam adalah warna yang umum dipakai dalam ritual ini, namun pada dasarnya semua warna lain selain merah dapat pula dikenakan oleh penyanyi ma’badong. Warna hitam menjadi simbolisasi dari kematian atau kegelapan sebagai bagian akhir dari perjalanan kehidupan manusia di muka bumi. Terdapat ketentuan bahwa pakaian yang dikenakan tidak boleh berwarna merah, karena warna merah bagi masyarakat etnis Toraja merupakan warna yang dihormati dan menjadi lambang kehidupan, menggambarkan warna darah manusia. Dalam hal ini,akan kontras pemaknaan yang diberikan pada warna merah tersebut jika dikenakan pada pesta adat kematian, termasuk ritual ma’badong yang terangkai di dalamnya.

Setelah semuanya ditentukan, maka dilakukanlah ritual ma’badong. Ma’badong dapat dilakukan pada siang hari maupun malam hari, akan tetapi banyak orang yang lebih menyenangi melakukan ma’badong pada malam hari karena menganggap suasananya lebih hening sehingga lagu yang dinyanyikan terasa begitu syahdu.Jumlah penyanyi dalam ritual kesenian ma’badong ini adalah minimal 20 orang dan sebanyak-banyaknya. 

Dalam sebuah grup atau kelompok bernyanyi ma’badong, ada yang dipilih untuk menjadi komando atau pemimpin suara yaitu seseorang yang dianggap memiliki kemampuan berbicara dalam bahasa Toraja dan menguasai sastra Toraja. Sebelum memulai, pemimpin kelompok bernyanyi ini akan berbicara dengan pihak keluarga si mati, dan membicarakan perihal posisi si mati dalam keluarganya, sifat-sifatnya, dan beberapa hal mengenai kenangan tentang si mati. Pembicaraan tersebutlah yang menjadi dasar rangkaian kalimat-kalimat atau bait lirik ma’badong. Jadi lirik dalam ma’badong itu bersandar pada pikiran pemimpin kelompok mengenai situasi yang sedang berlangsung, tidak dengan teks tertulis yang sudah jadi. Jika terjadi kesalahan dalam ungkapan yang dikeluarkan oleh pemimpin kelompok, maka pihak keluarga yang punya hajatan dapat menegur yang bersangkutan.

Pertama-tama para penyanyi akan membentuk sebuah lingkaran yaitu dengan cara mengaitkan jari kelingking masing-masing kepada penyanyi yang ada di samping kiri dan kanannya. Pemimpin grup ini dapat bergabung dalam lingkaran dan dapat pula berdiri di tengah-tengah lingkaran. Setelah membentuk lingkaran, pemimpin kelompok akan memberikan kata-kata pengantar atau pembukaan yang diucapkan dalam bahasa daerah yang menjelaskan sedikit tentang si mati dan keluarganya. Setelah itu, pemimpin kelompok memberikan dua baris kalimat yang selanjutnya akan dinyanyikan oleh grup ma’badong. 

Cara bernyanyinya berbeda dengan lagu-lagu populer yang sering kita dengar sekarang, dengan banyak menyandarkan irama pada turun naiknya suara huruf vokal dari bait lagu yang diperdengarkan. Contohnya dapat kita lihat pada bait lirik berikut:
ma’badong, jugamerupakan bentuk penghormatan terakhir mereka kepada orang yang meninggal, menunjukkan rasa duka cita yang mendalam, serta menjadi bukti kuatnya ikatan persahabatan seseorang dengan si mati.  Hal ini dapat menimbulkan rasa haru pada pihak keluarga si mati dan menganggap bahwa banyak orang yang juga merasakan kehilangan yang sama atas kepergian si mati.

Ma’badong adalah suatu bentuk tarian dan nyanyian tanpa diiringi alat musik, mendeklamasikan syair-syair pujian mengenai orang yang telah meninggal, ataupun ratapan-ratapan kesedihan dari pihak yang ditinggal.Badong dapat dikatakan sebagai nyanyian duka keluarga karena terjadinya peristiwa kematian yang menimpa satu rumpun keluarga, tidak hanya menjadi derita yang dirasakan oleh keluarga inti semata. Ketika pesta adat dilaksanakan, seluruh keluarga akan ikut berpartisipasi secara sukarela dengan memberi bantuan dan sumbangan baik pikiran, tenaga, maupun materi. Bagi mereka yang mendapatkan bantuan tersebut, akan menjadikannya sebagai utang budi yang wajib dibalas.

Niilai-nilai budaya yang terkandung dalam ritual ma’badong ini diantaranya spriritualisme, status sosial, dan keharmonisan kelompok.Masyarakat Toraja percaya akan adanya Tuhan sebagai pemberi kehidupan, keselamatan, keberkahan, kebaikan, pun penderitaan dan kesengsaraan semua ada di tangannya.Manusia diwajibkan untuk taat dan bersandar sepenuhnya pada segala ketentuan yang telah digariskanNya. Kepercayaan keagamaan tersebut dengan jelas tergambar dalam lirik-lirik badong. 

Selain itu, ritual ma’badong tidak hanya merupakan suatu kewajiban menyangkut kepercayaan terhadap roh orang yang sudah meninggal, tapi lebih luas dari itu, melalui lantunan lirik-lirik dalam ritual ini, kita dapat dengan jelas mengetahui tingkat kedudukan seseorang dalam masyarakatnya.

Ma’badong merupakan suatu ritual yang dilakukan secara berkelompok, tidak dapat dilakukan secara perorangan. Bernyanyi bersama dalam ma’badong dapat menjadi wadah dalam mempertahankan jalinan kebersamaan yang telah ada dan dibangun selama ini(*/Nk)

Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Jasa Penyewaan Mobil

SERVICE KOMPUTER & LEPTOP

JUAL BELI MOBIL BEKAS

TRAVEL

Postingan Populer

Arsip Blog

Recent Posts