Foto:Ritual Ma'badong suku toraja |
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ma’badong adalah suatu bentuk tarian dan nyanyian tanpa diiringi alat musik, mendeklamasikan syair-syair pujian mengenai orang yang telah meninggal, ataupun ratapan-ratapan kesedihan dari pihak yang ditinggal. Ritual ma’badong bukanlah sekadar deklamasi bait-bait sajak mengenai orang yang sudah meninggal, tetapi lebih dari itu, syair-syair yang dilantunkan tersebut mengandung nilai-nilai budaya yang merefleksikan kebudayaan orang Toraja secara lebih luas, misalnya gambaran mengenai nilai spiritual, status sosial, dan keharmonisan kelompok. ebelum diputuskan akan melakukan ma’badong biasanya dimulai dengan rembug keluarga.Dalam rembug keluarga dibahas mengenai prosesi pesta yang akan dilakukan termasuk menyusun agenda pemilihan penyanyi yang akan melakukan ritual ma’badong.
Bagi mereka yang kurang mampu atau golongan ekonomi lemah, peserta ma’badong berasal dari kalangan kerabat dekat mereka dan siapa saja yang bersedia berpartisipasi. Berbeda halnya dengan mereka yang memiliki kemampuan finansial lebih atau golongan kaya dapat mendatangkan penyanyi ma’badong dari kampung-kampung lain.Pada rembug keluarga akan diputuskan misalnya penyanyi badong dari kampung A akan bernyanyi pada hari pertama, atau yang berasal dari kampung B bernyanyi di hari kedua, dan seterusnya.
Selain penentuan hari ma’badong,
bagi mereka yang ‘mampu’ dapat menyediakan pakaian seragam bagi para penyanyi.
Pada pakaian seragam tersebut dapat ditambahkan desain tulisan atau sablon yang
akan menerangkan daerah asal dari grup penyanyi, dengan begitu mereka dapat
dikenal oleh masyarakat luas sehingga nantinya dapat disewa lagi bagi yang
membutuhkan jasa mereka dalam pesta adat kematian. Pakaian seragam ini bukanlah
suatu keharusan, tujuannya hanya agar enak dipandang saja, jadi lebih kepada
nilai estetikannya.
Sedangkan bagi mereka yang berasal dari golongan ekonomi
lemah tidaklah menyediakan pakaian seragam, pakaian disesuaikan oleh keinginan
dari orang yang akan menyanyi saja. Pakaian yang dikenakan dapat berupa kaos
oblong dengan bawahan sarung toraja. Warna hitam adalah warna yang umum dipakai
dalam ritual ini, namun pada dasarnya semua warna lain selain merah dapat pula
dikenakan oleh penyanyi ma’badong. Warna hitam menjadi simbolisasi dari
kematian atau kegelapan sebagai bagian akhir dari perjalanan kehidupan manusia
di muka bumi. Terdapat ketentuan bahwa pakaian yang dikenakan tidak boleh
berwarna merah, karena warna merah bagi masyarakat etnis Toraja merupakan warna
yang dihormati dan menjadi lambang kehidupan, menggambarkan warna darah
manusia. Dalam hal ini,akan kontras pemaknaan yang diberikan pada warna merah
tersebut jika dikenakan pada pesta adat kematian, termasuk ritual ma’badong
yang terangkai di dalamnya.
Setelah semuanya ditentukan, maka
dilakukanlah ritual ma’badong. Ma’badong dapat dilakukan pada siang hari maupun
malam hari, akan tetapi banyak orang yang lebih menyenangi melakukan ma’badong
pada malam hari karena menganggap suasananya lebih hening sehingga lagu yang
dinyanyikan terasa begitu syahdu.Jumlah penyanyi dalam ritual kesenian
ma’badong ini adalah minimal 20 orang dan sebanyak-banyaknya.
Dalam sebuah grup
atau kelompok bernyanyi ma’badong, ada yang dipilih untuk menjadi komando atau
pemimpin suara yaitu seseorang yang dianggap memiliki kemampuan berbicara dalam
bahasa Toraja dan menguasai sastra Toraja. Sebelum memulai, pemimpin kelompok
bernyanyi ini akan berbicara dengan pihak keluarga si mati, dan membicarakan
perihal posisi si mati dalam keluarganya, sifat-sifatnya, dan beberapa hal
mengenai kenangan tentang si mati. Pembicaraan tersebutlah yang menjadi dasar
rangkaian kalimat-kalimat atau bait lirik ma’badong. Jadi lirik dalam ma’badong
itu bersandar pada pikiran pemimpin kelompok mengenai situasi yang sedang
berlangsung, tidak dengan teks tertulis yang sudah jadi. Jika terjadi kesalahan
dalam ungkapan yang dikeluarkan oleh pemimpin kelompok, maka pihak keluarga
yang punya hajatan dapat menegur yang bersangkutan.
Pertama-tama para penyanyi akan
membentuk sebuah lingkaran yaitu dengan cara mengaitkan jari kelingking
masing-masing kepada penyanyi yang ada di samping kiri dan kanannya. Pemimpin
grup ini dapat bergabung dalam lingkaran dan dapat pula berdiri di
tengah-tengah lingkaran. Setelah membentuk lingkaran, pemimpin kelompok akan
memberikan kata-kata pengantar atau pembukaan yang diucapkan dalam bahasa
daerah yang menjelaskan sedikit tentang si mati dan keluarganya. Setelah itu,
pemimpin kelompok memberikan dua baris kalimat yang selanjutnya akan
dinyanyikan oleh grup ma’badong.
Cara bernyanyinya berbeda dengan lagu-lagu
populer yang sering kita dengar sekarang, dengan banyak menyandarkan irama pada
turun naiknya suara huruf vokal dari bait lagu yang diperdengarkan. Contohnya
dapat kita lihat pada bait lirik berikut:
ma’badong, jugamerupakan bentuk
penghormatan terakhir mereka kepada orang yang meninggal, menunjukkan rasa duka
cita yang mendalam, serta menjadi bukti kuatnya ikatan persahabatan seseorang
dengan si mati. Hal ini dapat menimbulkan rasa haru pada pihak keluarga
si mati dan menganggap bahwa banyak orang yang juga merasakan kehilangan yang
sama atas kepergian si mati.
Ma’badong adalah suatu bentuk tarian dan nyanyian tanpa
diiringi alat musik, mendeklamasikan syair-syair pujian mengenai orang yang
telah meninggal, ataupun ratapan-ratapan kesedihan dari pihak yang
ditinggal.Badong dapat dikatakan sebagai nyanyian duka keluarga karena
terjadinya peristiwa kematian yang menimpa satu rumpun keluarga, tidak hanya
menjadi derita yang dirasakan oleh keluarga inti semata. Ketika pesta adat
dilaksanakan, seluruh keluarga akan ikut berpartisipasi secara sukarela dengan
memberi bantuan dan sumbangan baik pikiran, tenaga, maupun materi. Bagi mereka
yang mendapatkan bantuan tersebut, akan menjadikannya sebagai utang budi yang
wajib dibalas.
Niilai-nilai budaya yang terkandung
dalam ritual ma’badong ini diantaranya spriritualisme, status sosial, dan
keharmonisan kelompok.Masyarakat Toraja percaya akan adanya Tuhan sebagai
pemberi kehidupan, keselamatan, keberkahan, kebaikan, pun penderitaan dan
kesengsaraan semua ada di tangannya.Manusia diwajibkan untuk taat dan
bersandar sepenuhnya pada segala ketentuan yang telah digariskanNya.
Kepercayaan keagamaan tersebut dengan jelas tergambar dalam lirik-lirik badong.
Selain itu, ritual ma’badong tidak hanya merupakan suatu kewajiban menyangkut
kepercayaan terhadap roh orang yang sudah meninggal, tapi lebih luas dari itu,
melalui lantunan lirik-lirik dalam ritual ini, kita dapat dengan jelas
mengetahui tingkat kedudukan seseorang dalam masyarakatnya.
Ma’badong merupakan
suatu ritual yang dilakukan secara berkelompok, tidak dapat dilakukan secara
perorangan. Bernyanyi bersama dalam ma’badong dapat menjadi wadah dalam
mempertahankan jalinan kebersamaan yang telah ada dan dibangun selama ini(*/Nk)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar