Sebuah aspirasi yang harus
disalurkan oleh warga Indonesia untuk merubah situasi negara ini melalui para
wakilnya agar tidak lupa ketika jadi untuk mengemban amanat negeri ini,
kepentingan umum lebih di utamakan dibandingka kepentingan diri sendiri.
Seorang caleg tahun 2019 yang sudah
mendaftarkan di KPU baik itu di Kabupaten/Kota atau Provinsi ataupun caleg
pusat yakni DPR RI, maka dia harus banyak melakukan aksi nyata minimal berbaur
dengan masyarakat, baik itu melakukan anjangsana ke tokoh pemuda, tokoh
masyarakat, tokoh politik, tokoh agama maupun masyarat yang mempunyai hak
pilih.
" Ingin mendulang suara,
perbanyaklah Silaturahmi, Bisa nambah umur,nambah nambah rizky,, yang pasti
nambah suara," ungkap salah satu caleg SS yang tidak mau disebutkan
namanya.
Untuk dikenal saja, seorang caleg
harus mau melakukan tatap muka, termasuk mampu mengambil hati warganya dengan
menggunakan saluran media apapun, apakah harus melalui media sosial, melalui
pertemuan keluarga, pertemuan konunitas ataupun dengan menggunakan identitas
gambarnya yang menempel di stiker, di mobil, maupun medialainnya.
Caleg yang ingin jadi harus
benar-benar berbaur dengan warganya, tiap hari tak pernah ada di rumahnya,
semakin terkonsep dan bikin inovasi yang berbeda maka akan mampu menambah suara
nantinya saat pemilihan berlangsung.
Bagi para caleg yang melakukan
budaya suap yakni memberikan uang serangan fajar agar bisa mendulang suaranya,
sejatinya adalah para wakil rakyat yang miskin ide dan tidak ingin berbaur lama
dengan konstituennya, dampaknya adalah instan menjadi wakil rakyat, setelah jadi
maka mereka beranggapan bahwa kami ini adalah wakil partai bukan wakil rakyat
yang harusnya mementingkan kepentingan umum malah sebaliknya, kepentingan
partai di dahulukan, kepentingan pribadi diutamakan, asal dirinya tidak rugi
maka akan dilakukan.
Banyak pemodal yang sekarang ini
memberikan sponsornya terutama untuk mereka yang memiliki angka urutan satu dan
dua, sponsor ga mau memberikan donasi kepada caleg di nomor tiga dan
seterusnya, alasannya rugi khawatir tidak jadi, misi dana yang dikucurkan akan
sia-sia.
Bagi sejumlah caleg yang berada di
nomor tiga dan seterusnya ini adalah bagian ikhtiar dan kerja kerasnua untuk
mendulang suara, kalau warganya kenal dengan kiprahnya di masyarakat maka
pastilah pilihan warganya kepada yang kenal dan paham kinerja dilapangan selama
ini, namun bagi caleg yang punya dana besar, maka silaturahmi tetap, uang untuk
tim sukses dan pernak-pernik agar mendulang suara pun sudah disiapkan.
Munculnya caleg baru dan punya modal
banyak serta masuk di partai yang punya akar rumput banyak apalagi sudah ada
yang duduk di kursi anggota DPRD, maka tim sukses akan lebih mudah untuk
menjualnya agar pilihan calegnya ini bisa diterima oleh warga yang punya hak
pilih.
Namun bagi tim sukses yang punya
caleg dengan dana pas-pasan serba terbatas, nomor urut saja tidak dinomor
cantik, belum lagi belum banyak yang mengenal pribadinya maka akan terasa
sulit, dan energi yang cukup menguras tenaga, belum lagi dananya serba
terbatas.
Semoga ke depan di tahun politik,
masyarakat bisa menentukan pilihan dengan baik tidak golput dan tidak menrim
serangan fajar dari calon legislatif atau calon presiden dan wakil presiden(*).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar