Demokrasi Kita Masih Milik Orang Berduit,

Muhammad Adam : Saya termasuk Caleg yang lolos,tidak melakukan serangan petang maupun fajar

BALIKPAPAN,kabarbpp.net-Sahabat saya pengusaha Farmasi di Balikpapan ngomong bahwa menjelang hari H Pencoblosan Apotiknya lebih ramai dari hari-hari biasa.
Foto.Ir Muhammad Adam Sinte Anggota DPRD Provinsi
Sappo saya penjual ikan di pasar Klandasan sampaikan kalau omset penjualan ikannya naik hampir sama saat menjelang Ramadhan. Sedulur di Pandansari jualan tahu tempe ngomong kalau jualannya lebeh cepat habis beberapa hari sebelum dan sesudah Pemilu.

Pasar pasar tradisional lebih ramai. Mungkin saja Mall-mall omsetnya naik tapi saya belum punya data.

Keramaian dan kenaikan omset pedagang di Pasar pasar saya perkirakan berlanjut sampai beberapa hari setelah Pencoblosan, tergantung seberapa banyak uang yg mereka kumpulkan dari Timses atau caleg, mereka yang “paling kereaktif” dengan menerima dari dua, tiga atau lebih caleg bisa lebih banyak uangnya dan akan lebih banyak yang bisa dibelanjakan.

Fenomena lima tahunan ini terjadi di seluruh daerah di Indonesia. Tidak harus jadi pakar Ekonomi untuk bisa menghitung jumlah uang yang beredar di Masyarakat selama masa Kampanye sampai hari H Pemilu serentak 2019. Semua bisa mengkalkulasi peredaran uang, dengan menghitung berapa banyak caleg berduit dan nominalnya dalam “serangan serangan baik serangan Fajar, Petang maupun Duha, nilai serangannya bervarisai masing-masing Caleg di tiap tiap dapil.

Di Masyarakat ada istilah “caleg Gakin” dan “caleg berduit” istilah tersebu dipakai untuk bisa membedakan nanti siapa yang akan “menyiram” dan tidak “menyiram” siapa yang akan “menyerang” dan “tidak menyerang” Masyarakat sangat paham dan bisa membedakan mana caleg gakin dan caleg bermodal, jika dia termasuk caleg bermodal maka Poskonya atau Timnya akan selalu lebih ramai.
Caleg-caleg Berduit inilah yang ikut berkontribusi menaikkan omset pedagang, inilah kontribusi awal setiap caleg sebelum dinyatakan terpilih.

Ada yang berkata “Pesta Demokrasi di Negeri kita masih milik orang berduit”
Stigma ini tentu tidak salah tapi tidak juga benar 100%.

Pemilu 2019 Ini saya sudah berkomitmen untuk mengubah pola dan strategi dalam meraup suara.
Saya termasuk Caleg yang lolos (insha Allah tapi masih menunggu pleno KPU Prov) dan tidak melakukan “serangan” baik serangan petang, serangan fajar maupun serangan duha (model serangan dengan menghadang pemilih yang menuju ke TPS)

Ada kawan yang tidak percaya jika saya tidak melakukan serangan, sebagian mengatakan pak Adam terlalu berani mengambil resiko, dengan tidak melakukan serangan saya dianggap keluar dari “pakem” seorang caleg “jadi”. Dan faktanya memang demikian.

Setiap caleg yang serius pasti mengeluarkan biaya untuk keperluan operasional dan logistik, itu normal namanya cost politik. Tapi berbeda money politic dengan cost politic. Ada kawan yg sdh keluar uang 2,5 M tapi tidak terpilih, ada kawan yang habis 3,6 M dan terpilih, jika mendengar obrolan kawan- kawan incumbent rata-rata mengeluarkan ber “Ember-embar ada yang terpilih ada juga yang tidak.Yang terpilih dan tidak terpilih masih ada kesamaanya, yang terpilih sukses untuk dilantik yang tidak terpilih minimal Timnya yang sukses.

“Demokrasi hanya milik orang berduit”, stigma ini akan memberikan dampak buruk kepada mereka yang punya minat berkarir di dunia politik praktis.

Terutama kepada Kaum muda kita harus menggairahkan kaum muda untuk terlibat dalam politik, jangan justru menjadikan kaum muda jauh dari politik karena trauma dengan cara-cara yang tidak beradab, semua harus berkomitmen untuk memainkan politik santun, bukan politik bar-bar, bukan politik adu kuat uang kedepankan etika Politik dan Politik yang beretika dan harus mulai dari diri sendiri, para pelaku politik praktis, jangan justru menjadi aktor money politic, karena selain tidak mendidik, model meraup suara dengan cara-cara primitif dan tidak beradab sejatinya kita telah menghina diri sendiri dan juga telah menghina masyakarat. Caleg mermodal selalu menilai harga satu suara dengan senilai nominal rupiah atau sembako.

Siapa yang memulai dengan cara tidak terhormat, bisa jadi setelah menjabat kontribusi pengabdiannya tidak seterhormat gelarnya sebagai “Anggota Dewan Yang Terhormat”

Setelah dilantik akan keliatan siapa yang hanya sekedar menjadi Politisi dan siapa yg akan menjadi Politisi sekaligus Negarawan.
Pada akhirnya kita terpilih oleh pilihan Masyarakat dan penilaian juga akan kembali kepada masyarakat,(*kb)




Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Jasa Penyewaan Mobil

SERVICE KOMPUTER & LEPTOP

JUAL BELI MOBIL BEKAS

TRAVEL

Postingan Populer

Arsip Blog

Recent Posts