Masalah yang paling mendasar pendidikan kita di Indonesia ini adalah sistem pendidikan yang usang, jadul dan tidak adanya spesialisasi dalam satu bidang. Bayangkan saja dari SD hingga kita SMA/K, kita mempelajari bidang studi yang sama. Spesialisasi baru kita rasakan ketika kita duduk di perguruan tinggi. Tidak sedikit dari kita sebagai akademisi yang tidak menyadari potensi yang kita miliki hingga pasca SMA/K, sehingga mengambil jurusan yang salah ketika kuliah. bandingkan dengan negara Jepang yang bahkan sedari SD, anak-anaknya telah dapat menciptakan robot. Oleh karena pentingnya pendidikan, disini disediakan lahan untuk departemen pendidikan dan pemerintah daerah untuk turut sertav mengambil peran dalam mengembangkan sumber daya manusia yang dimilikinya, dalam hal ini kota Balikpapan.
Pemerintah tentunya menyadari bahwa SDM merupakan aset yang paling berharga yang menentukan masa depan daerahnya. Oleh karenanya, penting bagi pemerintah untuk senantiasa menjadi puslitbang (pusat penelitian dan pengembangan) dalam pengelolaan SDMnya, tentunya untuk pengembangan daerahnya juga.
Beberapa kelemahan yang kita miliki saat ini yakni :
1. Kurangnya sarana dan prasarana pendidikan yang berkualitas.
Dalam hal ini, satu kekurangan terbesar yang dimiliki Balikpapan adalah tidak adanya perguruan tinggi berkualitas dan berlabel negeri. Lumrah kita ketahui, banyak para pelajar kita setelah mengenyam pendidikan SMA/K akan merantau di daerah lain untuk memperoleh strata pendidikan yang lebih tinggi. Saya yakin sekali saat ini telah banyak perantauan Balikpapan yang berhasil mengenyam pendidikan tinggi di daerah lain. Mengapa tidak diberdayakan sebagai pengajar di kampung halamannya sendiri? Tentunya dengan diiming-imingi imbalan yang layak dan pantas karena mereka nantinya merupakan cikal bakal dari kemajuan pendidikan daerahnya. Dukungan fasilitas primer dan pendukung dari pemerintah pun mutlak dibutuhkan. Mari berdiskusi dan berdialog dengan para pendidik serta terdidik tentang apa yang diperlukan oleh pendidikan di balikpapan ini…
2. Metode dan sistem pendidikan.
Alhamdulillah, yang saya lihat saat ini pendidikan di Balikpapan mulai cenderung ke arah spesialisasi pendidikan berorientasi daerah. Menurut saya, kota Balikpapan merupakan kota yang strategis layaknya Singapura. Hal ini jelas terlihat dari letak geografis pulau Kalimantan yang dikelilingi pulau besar lainnya Sumatera, Jawa dan Sulawesi. Sehingga seperti Singapura, Balikpapan menjadi kota transit dalam hal perniagaan. Ini telah terbukti dari heterogennya masyarakat yang ada di Balikpapan dan tingginya arus perputaran uang di kota Minyak ini. Oleh karena itu, tentulah daerah kita ini membutuhkan SDM-SDM yang handal dalam bidang perekonomian. Selain itu, kita dapat memanfaatkan dampak primer tersebut dan mengembangkannya menjadi dampak-dampak sekunder yang nantinya juga bernilai tinggi untuk kota Balikpapan ini. Banyaknya pebisnis yang singgah ke Kota Balikpapan, akan sangat rugi jika hanya dimanfaatkan dari sektor perniagaan sesaat. Buatlah mereka untuk betah berlama-lama di kota kita ini. Banyak sektor lain yang bisa dikembangkan untuk menambah aset daerah, seperti misalnya bidang tourist resort dan hospitality. Kota Balikpapan yang sebagian besar masih alami berupa hutan dan lautan bernuansa eksotik dan menarik harus diberdayakan, semisal untuk outbond, observasi atau perlindungan satwa. Oleh karenanya, dibutuhkan SDM yang memahami tentang seluk beluk pengembangan wisata alam dan perhotelan ini. Untuk mendukung hal ini, salah satu langkah adalah membangun sekolah-sekolah kejuruan dengan akreditas BAIK dan UNGGUL. Ini akan menjadi nilai jual lebih kepada masyarakat sehingga nantinya tidak khawatir lagi akan masa depan anak-anaknya kelak (pragmatisme orang tua). Bidang lain yang juga sangat potensial adalah pengelolaan hasil sumber daya alam baik sektor migas maupun non migas. Oleh karenanya, institusi pendidikan berlatar belakang kesemua contoh yang tadi saya sebutkan penting untuk eksis di daerah kita sendiri. (terinspirasi dari film 3 idiots)
3. Panjangnya birokrasi di pemerintahan.
Hal ini harus direvolusi habis, tak terkecuali di sektor pendidikan. Parameter acuan ICW (Index Corruption World) dalam menentukan peringkat korupsi di suatu negara adalah kemudahan dalam hal birokrasi. Inilah yang mempengaruhi kecemasan dan ketakutan para investor asing dalam berinvestasi di Indonesia, dalam hal ini khusus di bidang pendidikan. Seandainya birokrasi ini bisa direvolusi, bukan tidak mungkin institusi-institusi pendidikan yang kita miliki bisa go Internasional, terbuka kerjasama dengan institusi lain di luar negeri, dan menjadi institusi ternama dan terkemuka di dunia.
4. Apresiasi kepada pendidik, terdidik, dan karya cipta mereka.
Kenapa seorang Habibie dam Sri Mulyani lebih memilih ke luar negeri dibandingkan di negerinya sendiri? Ini karena mereka merasa tidak dihargai potensinya. Mayoritas masyarakat Indonesia memang seperti ini, lebih mudah mencela dan memberikan punishment dari kesalahan sekecil apapun. Namun sedikit sekali yang mau memberikan reward sekedar ucapan terima kasih untuk hal-hal kecil. Mungkin di Balikpapan perlu membuat semacam Education Fair yang menampilkan hasil karya putra daerah kita meskipun itu hanya hal-hal kecil. Bayangkan ketika yang kecil-kecil tersebut berkumpul dan menjadi satu maka akan sangat terasa hasil karyanya untuk seluruh rakyat. Contoh satu hal nich: sampai saat ini saya terobsesi membuat drinking water system untuk ruang lingkup satu Balikpapan sebagaimana telah teraplikasi di ITB atas salah satu prakarsa dosen Hidrogeologi saya. Bayangkan saja, ketika saya sedang berjoging (salah satu hobi saya) di Balikpapan tiba-tiba haus, tinggal mencari spot drinking water ini dan langsung minum dari kran dech!! Kita sudah punya sumber airnya nich (waduk Manggar dan air laut), tinggal dikelola saja dengan metode tertentu!! Contoh lain : pembangkit listrik tenaga gelombang laut. Nah, di Balikpapan kan masih suka pemadaman listrik bergilir. Padahal kita tahu kalau Balikpapan itu sebelah timurnya berbatasan dengan laut, mbok ya dimanfaatkan tenaga lautnya buat nutupin kekurangan listrik kita ini….
5. Biaya pendidikan yang belum terjangkau sepenuhnya oleh rakyat.
Yang ini sudah masalah yang jadul banget, tapi belum juga ditemukan solusi yang benar-benar konkret dan paten. Di luar negeri aja kuliah gratis koq…
Sebenarnya masih ada hal-hal lain yang terpikirkan, tapi karena keterbatasan mata (tinggal 5watt), saya akhiri dulu saja…kalau ada kritik, tambahan, masukan yang membangun mari kita bertukar pikiran!! Demi kemajuan kota Balikpapan BERIMAN kita…
written by:
Muchammad Elri Abrian Noor (ME80)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar